Tidak ada perdebatan bahwa Supply Chain Management atau manajemen rantai pasok merupakan salah satu aspek paling penting dari jalannya sebuah bisnis, terutama bisnis yang berorientasi kepada penyediaan barang atau produk kepada konsumen.

Tujuan Supply Chain sudah jelas, yakni untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dari segala proses terkait perencanaan, pengadaan, penyimpanan, hingga pengiriman barang ke tangan konsumen.

Namun, untuk mencapai tujuan tersebut, tentu sebuah bisnis, termasuk bisnis Anda, dapat menerapkan berbagai strategi supply chain yang berbeda. Pemilihan strategi supply chain management ini tentunya disesuaikan dengan kondisi serta kebutuhan bisnis Anda sendiri.

Dalam artikel ini, Ginee akan membantu bisnis Anda untuk menemukan strategi supply chain management yang paling populer dan banyak digunakan oleh perusahaan-perusahaan besar dalam meningkatkan efisiensi arus barang mereka.

Ada apa saja, ya? Simak selengkapnya!

6 Strategi Supply Chain yang Wajib Anda Terapkan!

Berikut adalah 6 strategi manajemen rantai pasok yang perlu Anda ketahui dan pertimbangkan untuk diterapkan ke bisnis Anda:

1. Strategi Lean Supply Chain

strategi lean supply chain

Strategi supply chain yang pertama akan kita bahasa dikenal sebagai Lean Supply Chain, adalah pendekatan dalam supply chain yang berfokus terhadap peningkatan efisiensi rantai pasok dengan meminimalisir terjadinya pemborosan yang tidak perlu. 

Gagasan utama dari Lean Supply Chain strategi adalah memaksimalkan nilai dan kepuasan bagi pelanggan sambil meminimalkan sumber daya dan waktu yang diperlukan. Strategi ini utamanya dilakukan dengan mengeliminasi aktivitas-aktivitas yang tidak menambah nilai dan terus menerus melakukan perbaikan dalam seluruh proses supply chain.

Dengan demikian, dengan strategi Lean Supply Chain ini bisnis Anda dapat mengurangi biaya yang diperlukan, namun tetap meningkatkan produktivitas, meningkatkan kualitas, dan meningkatkan kepuasan pelanggan.

Ada beberapa prinsip inti dalam strategi Lean Supply Chain, di antaranya:

  1. Just-in-Time (JIT): JIT atau Just in Time adalah komponen kunci dari strategi Lean Supply Chain yang menekankan pada produksi dan pengiriman barang dalam jumlah yang tepat, pada waktu yang tepat, dan di tempat yang tepat.
  1. Pengurangan Pemborosan: Ini berarti Lean Supply Chain akan mengurangi proses-proses yang tidak optimal, seperti produksi yang berlebihan, waktu menunggu yang terlalu lama, hingga transportasi dengan rute yang berantakan.
  1. Perbaikan Berkelanjutan: Strategi lean mendorong budaya perbaikan berkelanjutan. Ini mendorong karyawan di semua tingkatan untuk secara aktif berpartisipasi dalam mengidentifikasi, berinovasi, dan menerapkan perbaikan untuk setiap proses rantai pasok.
  1. Standarisasi: Adanya standarisasi proses dan prosedur juga merupakan inti dari strategi Lean Supply Chain. Karena dengan standarisasi, bisnis akan mencapai konsistensi yang diperlukan sehingga perbaikan dapat terus dilakukan.
New ID WMS CTA Reusable Block 04

2. Strategi Agile Supply Chain

strategi agile supply chain

Strategi Agile Supply Chain adalah strategi yang menekankan pada fleksibilitas dan responsibilitas terhadap perubahan dalam permintaan pelanggan serta kondisi pasar yang dinamis. Dengan kata lain, strategi supply chain ini menuntut bisnis untuk dapat bersifat adaptif dan responsif.

Kita tahu bahwa pasar bersifat dinamis, bahkan fluktuatif, oleh karena itu strategi Agile Supply Chain ini hadir untuk menjawab masalah-masalah yang dapat terjadi karenanya. Dengan demikian, hal-hal seperti memahami kebutuhan serta preferensi pelanggan pun menjadi perhatian utama dalam strategi ini.

Belum lagi soal proses produksi yang berlangsung secara terus menerus, bagaimana jika terdapat perubahan yang tiba-tiba di pasar? Agile Supply Chain tentu mampu menjawabnya, dengan mengembangkan kemampuan untuk merancang ulang proses, memodifikasi produksi, mengubah rute pengiriman, dan melakukan perubahan lainnya untuk menjawab perubahan yang terjadi.

Selain itu, terdapat satu komponen pendukung tambahan yang juga memungkinkan penerapan strategi Agile Supply Chain ini, yakni penggunaan teknologi yang mutakhir. Dengan pemanfaatan teknologi, bisnis Anda dapat meningkatkan efisiensi serta ketepatan dalam pengambilan keputusan berdasarkan informasi dan pertimbangan yang bersifat real-time.

Baca juga: 5 Manfaat Supply Chain Management untuk Bisnis, Penting!

3. Strategi Demand-Driven Supply Chain 

strategi demand-driven supply chain

Strategi supply chain berikutnya dikenal sebagai Demand-Driven Supply Chain (DDSC), atau rantai pasok yang didorong oleh permintaan pasar. Demand-Driven Supply Chain adalah strategi yang menempatkan permintaan pelanggan sebagai pusat dari seluruh rantai pasok. 

Dalam strategi ini, kolaborasi dan visibilitas yang ditingkatkan menjadi kunci untuk merespons dengan cepat perubahan permintaan pelanggan. Perusahaan bekerja sama secara erat dengan pelanggan, pemasok, dan mitra bisnis lainnya untuk berbagi informasi secara real-time dan memiliki visibilitas yang lebih baik tentang permintaan pelanggan, inventaris, dan kapasitas produksi. 

Dengan pemahaman yang mendalam tentang kebutuhan dan preferensi pelanggan, perusahaan dapat merancang strategi yang tepat untuk memenuhi permintaan pelanggan dengan lebih baik.

Dalam implementasi strategi supply chain ini, bisnis Anda akan menggunakan teknologi dan sistem analitik untuk mendapatkan wawasan yang lebih baik tentang permintaan pelanggan. Jadi, tidak hanya mengandalkan prediksi dan ramalan semata tentang kebutuhan dan preferensi pasar. Melainkan, Anda diharuskan mengamati data-data realtime untuk melakukan penyesuaian.

Secara keseluruhan, strategi rantai pasokan ini cukup mirip dengan Agile Supply Chain yang telah dibahas sebelumnya, yakni berpusat pada kemampuan bisnis untuk menjadi lebih responsif, adaptif, dan peka akan perubahan-perubahan yang terjadi di pasaran, untuk kemudian melakukan penyesuaian secara akurat berdasarkan data yang diperoleh.

New ID WMS CTA Reusable Block 02

4. Strategi Sustainable Supply Chain

strategi sustainable supply chain

Strategi supply chain berikutnya yang akan kita bahas adalah Sustainable Supply Chain, atau rantai pasok yang berkelanjutan. Strategi ini menekankan integrasi pada lingkungan, sosial, dan ekonomi ke dalam seluruh proses rantai pasok. 

Tujuannya sudah jelas, yakni untuk meminimalisir dampak negatif dari segala proses rantai pasok terhadap lingkungan dan juga mendorong praktik-praktik yang etis dan bertanggung jawab.

Salah satu prinsip utama dari strategi Sustainable Supply Chain adalah pengelolaan lingkungan, di mana kelestarian lingkungan menjadi fokus utama di sini. Hal-hal yang diupayakan seperti pengurangan emisi karbon, pembuangan limbah, dan melestarikan sumber daya alam. Tidak heran jika Sustainable Supply Chain juga sering dikenal sebagai Green Supply Chain.

Oleh karenanya, dengan adanya tujuan untuk melestarikan lingkungan tadi, Sustainable Supply Chain juga mendorong adanya inovasi dalam produk dan proses yang dilakukan. Dengan strategi supply chain ini, bisnis Anda akan terus mencari cara untuk mengurangi penggunaan sumber daya, mengoptimalkan efisiensi energi, memanfaatkan bahan baku yang ramah lingkungan, dan merancang produk yang dapat didaur ulang atau diperbarui.

5. Strategi Collaborative Supply Chain

strategi collaborative supply chain

Selanjutnya adalah strategi Collaborative Supply Chain, yang merupakan pendekatan yang fokus pada membangun kemitraan yang kuat dan mendorong kolaborasi antara berbagai pihak yang terlibat dalam rantai pasok.

Strategi ini sangat sesuai dengan salah satu tujuan dari Supply Chain Management secara umum, yakni untuk meningkatkan koordinasi antar pihak terkait dalam semua proses dalam supply chain.

Penerapan Collaborative Supply Chain dimulai dengan penekanan pada kerja sama yang erat dan berbagi informasi antara pemasok, produsen, distributor, pengecer, dan bahkan pelanggan untuk mengoptimalkan proses dan mencapai manfaat bersama.

Beberapa prinsip dalam Collaborative Supply Chain antara lain adalah:

  1. Kesadaran Adanya Tujuan Bersama: Kolaborasi harus dimulai dengan kesadaran akan adanya tujuan dan visi yang sama. Dengan demikian, kelancaran komunikasi dan koordinasi dapat dicapai.
  1. Kepercayaan dan Transparansi: Selain adanya kesadaran tujuan bersama, penting untuk menumbuhkan rasa kepercayaan dan transparansi antar pihak yang terlibat. Hal ini akan mendorong pemecahan masalah yang lebih baik dan mendukung optimalisasi berkelanjutan.
  1. Berbagi Informasi dan Pengetahuan: Kolaborasi berkembang berkat pertukaran informasi dan pengetahuan. Ini meliputi berbagi ramalan permintaan, kemampuan produksi, tingkat inventaris, dan data relevan lainnya di seluruh rantai pasok. 
  1. Perencanaan dan Pelaksanaan Bersama: Dengan bekerja sama, bisnis Anda dapat mengoptimalkan alokasi sumber daya, mengurangi waktu tunggu, meminimalkan kekurangan persediaan, dan meningkatkan efisiensi operasional secara keseluruhan.

Baca juga: Apa itu First Mile Delivery? Ini Awal Mula dari Pengiriman!

New ID WMS CTA Reusable Block 05

6. Strategi Risk Management

strategi risk management

Strategi supply chain yang terakhir adalah Risk Management atau manajemen resiko, yang mengacu pada identifikasi, penilaian, dan mitigasi resiko yang memungkinkan untuk mengganggu jalannya rantai pasok.

Ini melibatkan langkah-langkah proaktif untuk mengidentifikasi kerentanan, mengembangkan rencana kontingensi, dan menerapkan strategi mitigasi resiko. Berikut adalah beberapa poin penting yang perlu dipahami tentang strategi manajemen resiko dalam rantai pasok:

  1. Identifikasi Resiko: Langkah pertama dalam manajemen resiko adalah mengidentifikasi resiko potensial yang dapat mengganggu rantai pasok. Ini meliputi resiko internal dan eksternal seperti bencana alam, kegagalan pemasok, fluktuasi permintaan, peristiwa geopolitik, atau masalah kualitas.
  1. Penilaian Resiko: Setelah resiko diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah melakukan penilaian resiko secara menyeluruh. Ini melibatkan analisis mendalam terhadap resiko yang teridentifikasi, termasuk probabilitas terjadinya, potensi dampaknya, dan kerentanan yang terkait.
  1. Mitigasi Resiko: Setelah resiko dinilai, langkah selanjutnya adalah mengembangkan dan menerapkan strategi mitigasi resiko. Ini mencakup pengembangan rencana kontingensi yang jelas dan efektif, identifikasi alternatif pemasok atau jalur distribusi, diversifikasi pasokan, atau penggunaan teknologi untuk meningkatkan ketahanan rantai pasok.

Kesimpulan

Demikian artikel mengenai strategi supply chain management yang dapat Anda terapkan untuk bisnis Anda. Perlu diingat bahwa setiap strategi memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Pastikan Anda memilih strategi yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi bisnis Anda. Semoga membantu!

New ID WMS CTA Reusable Block 03