Berdiskusi tentang persediaan barang, ada beberapa hal yang perlu jadi sorotan untuk dibuat menjadi sebuah laporan bisnis. Selain laporan keuangan, Anda sebagai pebisnis juga harus memperhatikan tentang catatan persediaan barang akhir. Umumnya, metode yang digunakan untuk asumsi persediaan akhir yaitu FIFO, LIFO, Average. Tentu Anda membutuhkan pemahaman tentang cara menghitung FIFO, LIFO, dan Average.

Mencatat persediaan akhir berguna untuk memberikan Anda informasi terkait laporan stok produk yang kira-kira tersedia hingga akhir penjualan, biasanya dihitung per periode, sama seperti pembuatan jurnal akuntansi. Metode pencatatan persediaan akhir barang biasa digunakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang produk atau manufaktur.

Pengertian FIFO, LIFO, dan Average

FIFO

First In First Out (FIFO) merupakan metode menghitung persediaan akhir yang dilakukan berdasarkan barang yang pertama kali masuk ke gudang akan diutamakan dalam proses penjualannya. Metode FIFO berlandaskan anggapan bahwa jumlah barang masuk harus sesuai dengan jumlah keluarnya alias penjualan.

Metode FIFO ini lebih bagus digunakan pada perusahaan produk yang memiliki kadaluarsa seperti makanan kaleng, minuman, ataupun obat-obatan. Laba yang dihasilkan akan lebih besar dibandingkan dengan metode lainnya sebab nilainya tertera secara jelas dalam laporan posisi keuangan. Namun, perusahaan yang mengandalkan FIFO perlu membayar pajak yang lebih tinggi.

New ID ERP CTA Reusable Block 04

LIFO

Last In First Out (LIFO) adalah metode yang dapat mengasumsikan produk yang dijual pertama adalah produk yang terakhir masuk gudang. Sebaliknya, produk yang dijual terakhir merupakan produk yang pertama kali dibeli. Dalam metode ini, harga beli terakhir diarahkan ke periode kenaikan harga atau inflasi, sehingga lama yang diperoleh lebih kecil dari FIFO, tapi pajaknya pun ikut menurun.

LIFO memiliki beberapa keuntungan seperti jikalau harga beli naik, maka harga jual nantinya juga akan seimbang. Lalu, menggunakan LIFO akan lebih mudah dalam membandingkan pengeluaran dengan pendapatan yang terjadi saat ini. Namun, LIFO juga merupakan metode yang terbilang rumit. Anda perlu pemahaman serta pengambilan risiko usaha yang cukup untuk bisa menggunakan LIFO.

Average

Metode average adalah metode asumsi persediaan akhir yang berarti membagi rata biaya barang yang akan dijual dengan kuantitas barang yang tersedia. Alhasil, persediaan akhir dan kewajiban pokok penjualan dihitung menggunakan rata-rata. Kalau FIFO, LIFO adalah metode yang sedikit bertolak belakang, maka metode average menduduki posisi di tengah-tengah.

Sistem LIFO dan FIFO memperhatikan sekali mengenai barang masuk dengan barang yang akan dijualnya. Beda halnya dengan average, dalam metode ini, tidak ada perhitungan yang pasti terhadap penentuan barang masuk dan keluar. Perusahaan tetap akan menjual produk dengan ketersediaan di gudang tanpa mempedulikan mana saja barang yang masuk di awal ataupun akhir.

New ID ERP CTA Reusable Block 05

Metode Penilaian Persediaan FIFO

Dengan menggunakan metode FIFO, Anda akan mendapatkan jumlah biaya produk yang lebih rendah saat pembelian ketimbang harga jual. Maka dari itu, sudah jelas laba kotor yang didapat besar.

Agar lebih memahami tentang penilaian persediaan akhir dengan metode FIFO, gambar berikut merupakan contoh cara menghitung metode FIFO per tanggal 31 Januari 2018 yang menghasilkan sisa produk sebanyak 150 buah. Biaya untuk 150 produk tersebut akan dihitung berdasarkan biaya perolehan yang terakhir.

Cara menghitung HPP dengan metode FIFO perpetual yaitu mengurangi biaya Rp5.880.000 dengan biaya Rp3.250.000. Sehingga, hasilnya akan tercantum dalam perolehan terakhir harga pokok penjualan atau HPP.

Metode Penilaian Persediaan LIFO

Soal persediaan metode perpetual masih sama dengan contoh pada metode FIFO. Bedanya hanya di proses perhitungannya. Berdasarkan laporan persediaan akhir per 31 Januari 2018, terdapat biaya Rp5.880.000 yang dikurangi dengan biaya Rp3.050.000. Nantinya, biaya akhir itu akan menghasilkan HPP sebanyak Rp2.830.000.

Hal tersebut berarti biaya sebesar Rp3.050.000 berasal dari persediaan di awal, lalu perhitungan HPP dihasilkan oleh biaya persediaan yang terakhir. Sehingga, jumlah laba kotor akan lebih kecil untuk persediaan akhir ketimbang metode lainnya, misalnya seperti FIFO.

Metode Penilaian Persediaan Biaya Rata-rata

Metode average disebut juga dengan metode average tertimbang atau weighted average method yang perhitungannya menggunakan sistem rata-rata saja. Jadi, cara menghitung biaya produk rata-rata tertimbang adalah dengan membagi jumlah biaya produk yang akan dijual dengan kuantitas produknya.

Contohnya, persediaan akhir sebanyak 150 buah dihitung dengan membagi biaya Rp5.880.000 dengan jumlah produk yang tersisa, yaitu 280 buah. Hasilnya yaitu Rp21.000. Maka, persediaan akhir per 31 Januari 2018 dengan biaya Rp21.000 per produk yang ada sama dengan Rp3.150.000.

Kemudian, dengan mengurangi biaya Rp3.150.000 dengan barang yang dijual, yaitu Rp5.880.00, hasilnya akan menjadi harga pokok penjualan atau HPP sebanyak Rp2.730.000. Jika kurang jelas, silakan lihat gambar berikut.

Contoh Soal Persediaan Metode Perpetual

Berdasarkan data yang diperoleh dari PT MK Network, terdapat adanya jumlah persediaan awal dengan menggunakan perhitungan fisik atau metode perpetual per tanggal 31 Desember. Hasil yang diperoleh yaitu sebanyak 16 buah produk. Berikut contoh gambarnya.

Kemudian, data tersebut dapat dihitung menggunakan tiga metode, yaitu FIFO, LIFO, dan average. Berikut cara menghitung nilai persediaan akhir.

Metode FIFO

16 produk x Rp62.000 = Rp992.000 (16 produk dikali dengan biaya pembelian sebesar Rp62.000).

Metode LIFO

(6 produk x Rp50.000 + (10 produk x Rp55.000) = Rp850.000 (6 produk di bulan Januari dikali dengan biaya per produknya. Lalu ditambah dengan jumlah 10 produk dikali dengan biaya per produknya juga.)

Metode Average

Rp2.310.000 / 40 = Rp57.750

16 produk x Rp57.750 = Rp924.000 (hasil akhir dibagi dengan jumlah persediaan untuk dijual yaitu 40. Lalu jumlah persediaan akhir, 16 produk, dikali dengan hasil pembagian tadi).

Jumlah yang berbeda-beda muncul karena harga yang tertera pun ikut berubah. Umumnya, ketiga metode tersebut akan dapat menghasilkan biaya harga pokok penjualan (HPP), laba kotor dan laba bersih per periode, dan persediaan akhir.

Ginee: Solusi Perhitungan Persediaan Akhir

Anda kesulitan menghitung jumlah persediaan akhir? Tenang, semuanya tentang kelola stok dapat dilakukan dengan mudah dan cepat bersama Omnichannel Ginee. Bagi Anda yang punya toko online yang terdaftar di marketplace, pakai Ginee, Anda bisa mengelola seluruh toko online hanya dengan satu klik, lho. Bahkan, ada fitur manajemen stok atau stock update. Tidak percaya? Coba Ginee sekarang!

  1. Mengelola pesanan dan stok untuk semua toko online Anda
    • Update secara otomatis pesanan dan stok
    • Mengelola stok produk yang terjual cepat dengan mudah
    • Memproses pesanan dan pengiriman dalam satu sistem
  2. Mengelola penjualan dengan sistem manajemen digital
    • Membership dan database pelanggan secara menyeluruh
    • Prediksi bisnis dengan Fitur Analisa Bisnis di Ginee
    • Memantau laporan dengan menyesuaikan data, keuntungan, dan laporan pelanggan

Ginee Indonesia, Tool Bisnis Online Paling Kredibel

Punya kesulitan mengelola toko online yang terdaftar di berbagai marketplace? No worries, Ginee Indonesia hadir untuk Anda! Ginee adalah sistem bisnis berbasis Omnichannel Cloud yang menyediakan berbagai fitur andalan lengkap guna mempermudah pengelolaan semua toko online yang Anda miliki hanya dalam satu platform saja!

Fitur dari Ginee beragam, lho! mulai dari manajemen produk, laporan penjualan, Ginee WMS, yang artinya Anda dapat mengelola manajemen pergudangan dengan lebih mudah, Ginee Chat yang memungkinkan Anda mengelola chat pelanggan dari berbagai platform, hingga Ginee Ads untuk kelola semua iklanmu di berbagai platform. Yuk, daftar Ginee Indonesia sekarang FREE!

New ID ERP CTA Reusable Block 03